+62 822 8303 9857

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA (BIRRUL WALIDAIN)Artikel

$rows[judul]

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA (BIRRUL WALIDAIN)

Lilin Agustina

Ekonomi Syariah, Universitas Islam Indragiri

Email : lilinagustina638@gmail.com

File Pdf artikel


 

Abstrak

 

Tujuan penelitian ini adalah untuk membahas perintah berbakti kepada orang tua dalam hadis. Metode penelitian ini menggunakan tipe kualitatif melalui studi literatur dengan menerapkan analisis isi. Pembahasan penelitian ini meliputi makna birrul walidain (berbakti kepada orang tua), hadis perintah birrul walidain (berbakti kepada orang tua), bentuk-bentuk birrul walidain, dan keutamaan birrul walidain (berbakti kepada orang tua). Penelitian ini menyimpulkan bahwa birrul walidain atau berbakti kepada kedua orang tua mempunyai kedudukan khusus dalam ajaran Islam. Soal berbakti kepada orang tua telah diatur baik dalam Al-Qur'an maupun Hadist. Berbakti kepada orang tua menurut hadis merupakan kewajiban yang setara dengan iman dan jihad serta taqwa yang berlaku tidak hanya ketika orang tua masih hidup tetapi juga ketika mereka telah meninggal. Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat untuk memperkaya khazanah ilmu keislaman.

 

Kata Kunci : Birrul walidain, Hadits, Orang Tua, Syarah

 

Abstract

 

The purpose of this study is to discuss the command to be filial to parents in the hadith. This research method uses a qualitative type through literature study by applying content analysis. The discussion of this research includes the meaning of birrul walidain (filial piety to parents), the hadith orders birrul walidain (filial piety to parents), the forms of birrul walidain, and the virtues of birrul walidain (filial piety to parents). This study concludes that birrul walidain or filial piety to both parents has a special position in Islamic teachings. The matter of filial piety to parents has been regulated both in the Qur'an and Hadith. Devotion to parents according to the hadith is an obligation equivalent to faith and jihad and taqwa which applies not only when parents are still alive but also when they have died. This research is expected to have benefits for enriching the treasures of Islamic knowledge.

 

Keywords : Birrul walidain, Hadith, Parents, Syarah

 

 

 

1.      PENDAHULUAN

 

Kedua orang tua adalah hamba Allah yang menjadi perantara hadirnya manusia di dunia. Lebih dari itu, mereka juga orang yang penuh akan kasih sayang, merawat, membesarkan, mendidik dan mencukupi kebutuhan, baik secara lahir maupun batin. Sudah sepantasnya kita selalu berbakti kepada orang tua, karena orang tua sudah rela berkorban demi membahagiakkan dan muwujudkan keingginan anak-anaknya (Alihasan, 2018).

Dalam ajaran Islam berbuat baik orang tua atau birrul walidain mempunyai kedudukan yang istimewa, dan setiap anak mempunyai kewajiban terhadap orang tuanya agar mereka senantiasa berbuat baik kepada keduanya, namun masih terdapat anak-anak yang tidak memperlakukan orang tuanya sebagaimana mestinya. Banyak sekali

anak yang tidak lagi memperdulikan bagaimana bentuk-bentuk ketika berbicara, bergaul, mencintai serta mendoakan kedua orang tuanya. Sering kali anak berlaku seenaknya terhadap kedua orang tuanya. Padahal Perintah berbakti kepada orang tua telah Allah atur baik dalam Al-Qur’an maupun Hadis (Elisa, Yuyun, 2018). Sejumlah pakar telah

Istilah berbakti dalam bahasa Arab berasal dari kata al birr artinya kebaikan, berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam (artinya) : "al birr adalah baiknya akhlak". (Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya Nomor 1794). Al birr merupakan hak kedua orangtua dan kerabat dekat, lawan dari al ‘uquuq yaitu kejelekan dan menyia-nyiakan haq. Al birr adalah mentaati kedua orangtua didalam semua apa yang mereka perintahkan kepada engkau, selama tidak bermaksiat kepada Allah, dan al ‘uquuq dan menjauhi mereka dan tidak berbuat baik kepadanya (‘Aziz, Abdul, 2009)

Berbakti kepada orangtua atau disebut dengan istilah birrul walidain, birru artinya kebajikan dan al-walidain yaitu kedua orangtua (ibu, bapak). Dengan demikian birrul walidain artinya adalah berbuat kebaikan kepada kedua orangtua (ibu, Bapak). Berbakti kepada kedua orangtua wajib kita laksanakan kepada ibu dan bapak kita masing-masing, dan hendaknya hal ini masuk dalam prioritas yang pertama, sebelum kita berbuat baik kepada orang lain, kecuali Nabi Muhammad SAW. Berbuat baik

di sini mengandung makna yang luas, seperti perkataan, perbuatan dan lain sebagainya (Khotijah, 2011)

2.      METODE

Metode penelitian ini merupakan jenis kualitatif melalui studi pustaka dengan analisis isi (Darmalaksana, 2020).

3.      PEMBAHASAN

a.      Pengertian Berbakti Kepada Orang Tua

Berbuat baik terhadap orang tua (birrul  walidain) adalah memberi kebaikan atau berkhidmat kepada keduanya serta mentaati perintahnya (kecuali yang ma'siat) dan mendoa'kannya apabila keduanya telah wafat. Ibu dan Bapak sebagai orang tua sudah selayaknya mendapatkan kebaikan dan penghormatan dari anaknya. Islam sangat perhatian mengenai masalah ini, sebagaimana sangat jelas ditegaskan dalam firman Allah yang berbunyi: "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) terhadap kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah, bahkan menyusukan pula selama kurang lebih 2 tahun. Maka dari itu bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku sajalah tempat kamu kembali" (QS.31:15).

b.      Bentuk-Bentuk Berbakti Kepada Orang Tua

Berbuat baik kepada orang tua dapat dilakukan dalam dua kesempatan: Saat orang tua masih hidup:

 

1)     Mentaati selama bukan maksiat. Hadits Rasulullah: "Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam rangka maksiat kepada Allah". Contoh: Kisah Sa'ad bin Abi Waqosh.

2)     Bersikap rendah hati dan berbicara lemah lembut (QS.17:23)

3)     Memohonkan ampunan baginya kepada Allah (mendoa'kan) (QS.17:24)

4)     Membantu dengan harta • Memintakan restunya terlebih dahulu atas perbuatan penting yang akn dilakukan. Hadits Rasulullah: "Ridho Allah ada dalam Ridho orang tua, Murka Allah juga ada dalam Murkanya orang tua".

 

Saat orang tua telah wafat:

1)     Menyelenggarakan pengurusan jenazahnya seperti memandikannya, mengkafaninya, menshalatkannya dan menguburkannya,dsb.

2)     Senantiasa berdo'a untuk memohonkan ampun atas segala dosanya.

3)     Memenuhi segala janjinya semasa hidup yang belum terlaksana seperti: wasiat, hutang piutang, dll.

4)     Menghormati teman dan sahabat orang tua semasa keduanya masih hidup.

Rasulullah Muhammad S.A.W bersabda : "Seorang laki-laki dari golongan Anshar mendatangi Rasulullah , lalu bertanya : 'Apakah yang tinggal bagiku untuk dapat berbuat kebaikan terhadap Ibu-Bapakku setelah mereka meninggal ya Rasulullah ? Rasul menjawab : 'Ada 4 macam yang dapat anda lakukan : menshalatkannya, memohonkan ampun segala dosanya, memenuhi janjinya dan juga menghormati teman dan sahabatnya. (HR. Muslim)

 

C.     Manfaat Berbakti Kepada Orang Tua

Sehubungan dengan keutamaan berbakti kepada kedua orang tua yang lebih utama dibandingkan dengan perbuatan baik lainnya bahkan termasuk dengan jihad ( perang membela agama Allah SWT ), disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW, yaitu ; ”

Dari Abdullah ibn ’Amru ibn al-’Ash 12 As’ad Karim al-Faqi , Nasooihi lil abaa’i Qobla Uququ al Banaa’, (Jakarta: Gema Insani, 2002), hlm. 49 26 semoga Allah meridhoi kepada keduanya, ia berkata : ada seorang laki-laki menghadap Rasulullah SAW dan seorang laki-laki tersebut berkata : saya baiat kepada mu untuk mengikuti hijrah dan jihad dengan harapan saya mencari pahala dari Allah. Rasulullah bertanya : apakah kamu masih memiliki kedua orang tua ( ibu Bapak ) yang masih hidup atau salah satunya ? laki-laki tersebut menjawab benar ( saya masih memiliki kedua ibu bapak ) bahkan keduanya masih hidup, Nabi bertanya apakah kamu mau mencari pahala dari Allah ? dia (laki-laki) menjawab : benar. Maka Rasulullah bersabda : kembalilah kepada kedua orang ibu bapak mu dan temanilah keduanya dengan berbuat baiklah kepada keduanya.” ( HR Muttafaqun ’alaih ).

Berkaitan dengan hadits tersebut, bahwa Rasulullah adalah orang yang paling mengetahui baik buruknya ( manfaat atau madharat ) terhadap amal yang akan dilakukan oleh sahabatnya secara khusus dan oleh umatnya secara umum. Padahal pada saat itu Rasulullah memerlukan teman dan tenaga yang lebih banyak dalam melaksanakan hijrah dan jihadnya, akan tetapi bahwa lelaki yang datang kepadanya merupakan seseorang yang sangat dibutuhkan keberadaannya oleh kedua orang tuanya, akan lebih baik dan lebih manfaat apabila ia menemani kedua orang tuanya, dibandingkan mengikuti Rasulullah berhijrah dan berperang, dengan harapan kedua orang tuanya merasa senang dan gembira, atas keberadaan anaknya sehingga menjadi jalan juga bagi lelaki itu untuk mendapatkan pahala dan ridho-Nya sebagaimana yang diharapkan sahabat Nabi tersebut.

Dan dengan tidak diikut sertakannya lelaki tersebut tidak mengurangi kekuatan Rasulullah, karena hanya satu orang yang tidak mengikuti jihad terkecuali semua sahabat tidak ada yang mengikuti, dan tidak menyertai jihad dengan Nabi Muhammad SAW. Maka akan terjadi kekalahan dan kelemahan dalam dakwah islam itu sendiri. Sehingga pemahaman tentang hal ini, bukan berarti dipahami bahwa jihad adalah amal perbutan yang remeh dalam pandangan islam, karena jihad ( perang membela agama Allah ) pada saat itu dan sampai sekarang ( bila di perlukan ), sangat berarti dan bernilai disisi Allah dan Rasul-Nya.

 

4.      KESIMPULAN

Simpulan Birrul walidain adalah berlaku baik kepada kedua orang tua, bersikap lemah lembut, tidak mengeraskan suara dihadapan kedua orang tua, tidak melawan, taat kepada keduanya, melaksanakan apa yang diridhai-nya, menjauhi apa yang membuat marah, menghormatinya, membahagiakannya, dan mendoakan keduanya baik ketika masih hidup ataupun sudah meninggal. Perintah berbakti kepada orangtua di dalam Al-Qur’an sejajar dengan perintah beriman dan beribadah kepada Allah. Menurut hadis, berbuat baik kepada orang tua merupakan jihad. Kualitas hadis ini sahih baik sanad maupun matan.

Adapun keutamaan birrul walidain, di antaranya adalah berbakti kepada orang tua adalah amal yang paling utama, ridha Allah Swt tergantung kepada keridhaan orang tua, menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, diluaskan rizki dan dipanjangkan umur, dan dimasukkan ke dalam jannah-Nya. Diharapkan penelitian ini memiliki implikasi manfaat bagi pengembangan khazanah pengetahuan Islam, terkhusus dalam praktiknya di masyarakat muslim. Bagaimana pun penelitian ini diakui memiliki keterbatasan dalam beberapa hal, yakni penggunaan jenis penelitian, penguasaan metode syarah hadis dan penerapan analisis. Sehingga dibutuhkan penelitian lanjutan, khususnya penelitian lapangan yang ditopang dengan metode yang tepat dengan pendekatan analisis yang lebih taja



DAFTAR PUSTAKA

 

Alihasan, M. R. (2018). Implemantasi Birrul Walidain Melalui Konikasi Verbal dan Non Verbal dalam Film "Ada Surga di Rumahmu". Universitas Islam Negeri Walisongo, 22.

Bahasa, T. P. (1989).

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Darmalaksana, W. (2020). Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka Dan Studi Lapangan. Pre- Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati  Bandung,-. Elisa, Yuyun. (2018).

Birrul Walidain dalam Perspektif Islam. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Darussalam, 1-81.

Fathurrahman. (2007).

 Andai Kau Tahu Wahai Anakku. At-Tibyan, 26-27. Hakim, Lukmanul. (2019).

 Studi Hadits Birrul Walidain. UIN Sunan ampel Surabaya, 1-64. I'anah, Nur. (2017).

 Konsep Relasi Orang Tua dan Anak dalam Islam. Buletin Psikologi, 114-123. Jamil, F. M. (2007).

Andai Kau Tahu Wahai Anakku. Solo: At-Tibyan. Mohammad Fajar Septian, Wahyudin Darmalaksana, Mulyana. (2021).

Conference on Islamic and Socio Cultural Studies (CISS 2020).  

Gunung Djati Conference Series, 155-160. Munawir, A. W. (1987). Kamus Besar Bahasa Arab Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


pdf : https://drive.google.com/file/d/15r2p90zJzg-qpDIjcSxNuKwKlM5R17zJ/view?usp=drivesdk


Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)