Titi Suryani
Fakultas Ilmu agama islam
Universitas Islam Indragiri
Tembilahan Riau Telp ( 082272029859 )
E- Mail : titisryni@gmail.com
Abstract :
Various educational methods exemplified by the Prophet S.A.W. from the social behavior of the Prophet S.A.W. especially
to children. This research aims to discuss the methods of the Prophet Muhammad S.A.W. in educating children, study the
hadith Sammillah wakul biyaminik (say
Bismillah and eat with the right hand. This research uses qualitative research methods in the nature of library research
using books and other literature as the main object, so that it can produce information in the form of notes and
descriptive data contained in the texts studied. This research produces
several things about educating children; 1. Educating children
can be done anywhere and at any time,
and in any conditions;
reprimand and direction; 4. provide
an example or example and provide guidance; 5. Educate
with the grace of love.
Abstrak : Beragam metode pendidikan
yang dicontohkan Nabi S.A.W. dari perilaku sosial Nabi
S.A.W.
terlebih kepada kepada anak-anak. Penelitian ini bertujuan membahas terkait
metode Nabi Muhammad S.A.W. dalam
mendidikan anak study hadits Sammillah wakul biyaminik (ucapkan Bismillah dan makan dengan tangan kanan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif yang bersifat studi pustaka (library research) dengan menggunkan
buku- buku dan literatur-literatur
lainnya sebagai objek yang utama, sehingga dapat menghasilkan informasi berupa catatan dan data
deskriptif yang terdapat dalam teks yang diteliti. Penenelitan ini menghasilkan bebrapa hal mendidik
anak; 1. Mendidik anak dapat dilakukan dimana dan kapan saja, serta dalam kondisi apa saja; 2. Mendidik dengan
pendekatan; 3. mendidik dengan memberikan
bimbingan, teguran, dan arahan; 4. memberikan contoh atau keteladanan dan serta memberikan tuntunan; 5. Mendidk
dengan mahabbah cinta.
Anak
merupakan amanah yang dititipkan Allah kepda orang tua, yang tentu harus
dijaga, dirwat, dan di berikan
pendidikan untuk baik pendidikan tentang mengenal Allah S.W.T. yang telah menciptakan dan memberikannya
kehidupan, mengenal Rasulullah sebagai manusia yang paling baik, paling mulia, dan yang paling baik akhlak-nya, juga mengenal sekitar
dan sekelilingnya. Mendidik
untuk bisa menjadi
orang yang bertanggungjawab, mendidiknya menjadi orang yang bertakwa, berakhlak mulia, dan
sebagai penerus Islam.
Pendidikan
akhlak pada anak bertujuan untuk membentuk dan mengkader insan yang shaleh, yaitu bertakwa sehingga dapat dan
mampu menjalankan perannya dalam peribadatan
terhadap Allah S.W.T. yang senantiasa mengikuti petunjuk dan bimbingan
Rasulullah S.A.W. sehingga mampu
mengoptimalkan fungsinya (Rahendra Maya, 2013: 452) sebagai makhluk yang diciptakan untuk beribadah kepada Allah
S.W.T.
Dalam
lingkungan keluarga sudah pasti menjadi pintu pertama dan paling utama dalam membentuk
kepribadian seorang anak. Bagaimanapun keluarga
merupakan kelompok sosial
pertama bagi sang anak, sehingga para ornag tua selaku kepala anggota
keluarga menjadi orang yang paling
pertama dalam kehidupan sang anak pada masa peletakan dasar kepribadiannya. Maka maka orang tualah yang menentukan keberhasilan dalam membentuk insan yang berkarakter dan berakhlak mulia.
Setiap
kita orang tua adalah pendidik, seorang suami pendidik bagi istrinya, seorang
istri pendidik bagi anak-anaknya,
dimana seorang pendidik akan dibutuhkan dan diperlukan untuk bisa menghadirkan rasa santun dan berwibawa dalam
memberikan pendidikan kepada
orang yang di didiknya
"Jadilah pendidik
yang penyantun, ahli fikih, dan ulama. Disebut
pendidik apabila seseorang mendidik
manudia dengan memberikan ilmu sedikit-sedikit yang lama lama menjadi
banyak." (H.R. Bukhari).
Berkaitan
dengan metode Nabi Muhammad S.A.W. dalam Mendidik Anak, berbagai ragam metode Nabi Muhammad dalam mendidik
anak, hal ini tidak lepas dari bimbingan dan
tuntunan Allah S.W.T. kepada Nabi Muhammad S.A.W.
Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya(Q.S.
Ali Imran: 159).
Rasulullah
S.A.W. merupakan teladan bagi seluruh umat dalam berbagai aktivitasnya, baik hal-hal yang bersifat duniawi
maupun juga ukhrawi.
Termasuk dalam hal ini adalah pendidikan
anak. Kaum muslimin dianjurkan meneladani metode Rasul dalam mendidi k anak- anak mereka. Banyak orang tua yang gagal
dalam mendidik anak-anaknya seringkali disebabkan oleh pendidikan anak yang
tidak berpedoman kepada sumbersumber pengetahuan yang benar dan layak (Kamisah dan Herawati, 2019: 34).
Nabi Muhammad S.A.W. merupakan
orang yang kedua yang harus ditaati setelah
Allah
S.W.T. dan merupakan makluk yang paling
utama untuk dijadikan
teladan dari seluruh
lini kehidupan
Sistem pendidikan yag meliputi beberapa komponen yang mana ini saling
berkaitan dengan yang lainnya, untuk
tercapainya sebuah pendidikan dalam dunia pendidikan haruslah saling berinteraksi antara pendidik dengan yang dididik
baik dengan penyesuaian waktu pendidikan atau
bahkan diluar waktu yang disepakati. Tentunya ada beberapa komponen yang harus dipenuhi, hal ini sebagaimana
ungkapan Oemar Hakim seperti yang dikutip Unang W. dan Ahmad S. yang terdiri dari; Tujuan pendidikan atau pengajaran,
peserta didik atau siswa, tenaga kependidikan terkhusus guru, perencanaan pengajaran yang menjad
Penulisan dalam penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mana jenisnya bersifat studi pustaka (library research)
dengan menggunkan buku-buku dan literatur literatur lainnya sebagai objek yang utama dalam meneliti.
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif,
yaitu penelitian yang menghasilkan informasi berupa catatan dan data deskriptif
yang terdapat pada teks yang diteliti.
Dimana penelitian ini, perlu
dilakukan analisis deskriptif. Metode analisis ini dengan memberikan gambaran dan keterangan yang secara jelas, objektif, sistematis, dan analitis mengenai
METODE NABI MUHAMMAD
S.A.W. DALAM MENDIDIK
ANAK: Studi Hadits
Sammillah wakul biyaminik wa mimma yalik (Ucapkan
Bismillah dan Makan Menggunakan Tangan
Kanan dan memakan makanan yang ada disekitar). Pendekatan yang didasarkan pada langkah
awal dengan mengumpulkan data-data, berupa buku-buku
dan karya ilmiah lainnya.
Pendidikan berkarakter adalah suatu
pendidikan yang lebih menekankan pada karakter
dan akhlak seorang´
›p هp~ م ه i صه t ¸ 3¸ ~p ' ت˚ ¹م ك ::
i
~ م 3 م ت˚ 3ii¸
˚ ¹:
t ¸
t
¹م˚
t ´ :هp~ م ه i صه t ›p3¸ ~p t ¸ ´ ه › '
¹ ´ ›p
› م
i ¹ ˚ ت
˚ »
¹م ˚ ¸ مi¸ : ´
ك ´
ي´ ˚
'
'
ت ¸ ´ م ´ « ت م¸ ¸ -
Dari Umar bin Abi Salamah berkata,
"Sewaktu aku masih kecil, saat berada dalam
asuhan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, pernah suatu ketika
tanganku ke sana ke mari (saat
mengambil makanan) di nampan, lalu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda kepadaku, 'Wahai anak kecil!
Ucapkanlah, 'Bismillāh', makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang terdekat darimu!'
Maka hal ini senantiasa menjadi kebiasaan makanku setelah itu." (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits tersebut menyebutkan
hadits umar ibn salamah Radhiallahu an‟hu yang
berada dalam didikan dan bimbingan Nabi S.A.W. sedangkan Umar ibn
Salamah masih berusia dini yang
membutuhkan pendidikan, bimbingan, dan juga arahan (Muhammad ibn Shalih Al- Utsaimin, 2014: 764).
Tidak ada ruang kosong dalam
pendidikan kecuali membutuhkan ilmu, sampai anak kecil sekalipun dalam hadits di ungkapkan “wahai anak sebutlah nama
Allah, makanlah dengan tangan kananmu,
dan makanlah makanan yang ada didekatmu (Muhammad ibn Shalih Al-Utsaimin, 2014: 764).
Al-Utsaimin (2014: 764) juga
mengungkapkan, dalam hadits tersebut menyubkat paling tidak ada tiga adab
ketika makan yang diajarkan Nabi kepada sang anak dia
antaranya :
a.
Ungkapan “sammillah” atau ucapkanlah bismillah, maka tidak diragukan dan diperbolehkan
seseorang melengkapi dan menambahnya dengan kalimat “ar□rahmani ar-rahim”, karena dua nama dan kalimat
tersebut merupakan nama yang dengan keduanya Allah menyanjung diri-Nya
sendiri dalam bacaan basmalah dalam Al-Qur‟an, bila di ucapkan
“bismillahirrahmanirrahim” maka tidak mengapa, dan jika membaca
hanya bismillah maka sudah cukup.
b.
Unggkapan “kul biyaminik” atau makanlah dengan tangan kanan, maksudnya memakan makanan menggunakan tangan kanan
merupakan hal yang wajib, siapa yang makan menggunakan dengan tangan kanan maka akan berdosa sebagai bentuk bermaksiat kepada Nabi
S.A.W. dan barang siapa yang bermaksiat kepada Nabi
Muhammad berarti telah bermaksiat kepada
Allah S.W.T. dan barang siapa yang taat kepada kepada Nabi Muhammad berarti
telah mentaati Allah S.W.T.
c.
Ungkapana “kul mim mayalik” aatau
makanlah makanan yang di dekatmu, yaitu juka
makan Bersama orang lain, maka makanlah makanan yang berada disekitar dan
di dekatmu yang mudah dijangkau. Dan jangan memakan
makanan yang berada pada jauh dari jangkauan, perbuatan tersebut
merupakan adab yang tidak baik.
Beliau syeikh Al-Utsaimin (2014: 765) mengatakan, seyogyanya bagi kita untk mengajarkan dan mendidik anak-anak berkenaan dengan adab-adab dalam makan dan adab adab yang lainnya.
Rahendra maya mengungkapkan, bahwa
metode dalam arti sempit diidentikkan dengan
teknik atau pun cara, yang berarti sistem atau cara menyampaikan isi
suatu pesan kepada orang lain yang
sesuai dengan yang ditujukan. Sedan dalam arti luas, metode pembelajara
merupakan model, pendekatan, strategi, teknik, serta taktik pembelajaran (Rahendra Maya,
2017: 1)
Beragam metode pendidikan yang dapat
ditarik kesimpulan dari hadits Nabi di atas juga dari perilaku sosial Nabi S.A.W. terlebih kepada kepada
anak-anak. Melalui dialog langsung dengan
beliau yang beliau lakukan kepada anak-anak atau kepada orang tua sekalipun
tentang bagaimana seharusnya cara
memperlakukan anak-anak mereka?. Perlu diingat bahwa dalam hal ini beragam metodenya, sehingga menjadi
bukti tidak lagi dibutuhkannya metode baru atau kesempatan untuk mengikuti metode barat atau timur. Banyaknya
metode Islam ini membuat orangtua dan
pendidik dapat menerapkannya dalam setiap aspek kehidupan anak, baik dari sisi akal dan
kejiwaan. Karena metode
inilah yang nantinya
menerangi jalan mereka.
Metode Rasulullah dalam mendidik
anak pada Hadits Sammillah wakul biyaminik wa
mimma yalik (Ucapkan
Bismillah dan Makan Menggunakan Tangan Kanan dan memakan makanan yang ada disekitar) ada beberapa
hal yang dapat di implementasikan dan di ungkapkan di antaranya:
Pembelajaran atau pendidikan dapat dilaksanakan dan dilakukan kapan dan di manasaja
tidak harus menentukan tempat dan waktu, ketikan seseorang menentukan waktu dan tempat pada dasarnya dia telah
membatasi ruang lingkup pembelajaran dan pendidikan
itu sendiri, padahal dalam Rasulullah dan para sahabat mengajarkan kita untuk menggunakan waktu dengan semaksimal
mungkin.Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahu‟anhu, ia berkata: „Rasulullah Shallallahu‟alaihi Wasallam bersabda
,ä خ: ~ ¹: ' ä ¹ p : ~ '
ئ i ~ ' ت p ه ت: ä
ت' ¹ثم i ›¹حه م › “Bertaqwalah kepada
Allah dimanapun kau berada, dan hendaknya setelah
melakukan kejelekan engkau melakukan kebaikan yang dapat
menghapusnya. Serta bergaulah dengan
orang lain dengan
akhlak yang baik” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Hadits ini menunjukkan bahwa bertakqa
kepada Allah tidak mengenal waktu dan
tempat, artinya seseorang dituntut untuk tetap siaga berada dalam ketakwaan kepada
Allah S.W.T.
Hal ini selaras dengan apa yang
digambarkan dan dikisahkan dlam
hadits yang menjadi sumber pembahasan terkait dengan metode Nabi S.A.W. dalam mendidik
anak dan meningkatkan akhlak anak.
Rasulullah S.A.W. juga memerintahkan dan mewasiatkan untuk selalu konsisten dan tetap berada dalam
ketakwaan, dimana pun berada, kapan pun, dan
dalam keadaan apapun.
Karena seorang hamba senantiasa selalu dituntut untuk bertaqwa dan tidak ada satu kesempatan pun ia boleh meninggalkan
taqwa tersebut.
Pendekatan disini adalah dengan penanaman nilai membantu anak untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai
pada pribadi mereka serta nilai-nilai yang ada pada orang lain, juga membantu
anak untuk mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur terhadap
orang lain, sehingga
mampu berfikir rasional
dan kesadaran emosional.
Metode pendekatan dalam mendidik dapat diimplementasikan dalam bentuk teknik, cara, maupun strategi. Teknik atau strategi
berarti cara atau kecerdasan dapat
membantu melakukan sesuatu dengan baik. Selain itu, teknik atau strategi juga dapat didefinisikan sebagai
cara yang lebih khusus atau spesifik yang digunakan
oleh pendidik untuk melakukan pendekatan dengan siswa. Teknik atau strategi
lebih bersifat implementatif yang merupakan kegiatan
spesifik yang sesungguhnya terjadi di dalam kelas.
Seorang pendidik dituntut untuk
pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, tidak serampangan dan sembarang sehingga
menimbulkan dan mengakibatkan kerugian anak, perilaku
seorang guru terhadap
anak didik akan menentukan
sikap dan perbuatan anak, sehingga
dampak dari seorang guru yang tanpa melakukan pendekatan dalam pengajaran anak akan kurang optimal dalam
penguasaan pelajaran yang disajikan guru, rasa sosial akan berdampak
sangat rendah pada anak. sehingga
pendekatan dalam mendidik anak merupakan hal yang sangat perlu dipahami
(Taufik Mukmin, 2018: 27).
Seorang anak yang baru mnginjak usia
lima hingga sepuluh tahun otaknya pada
saat usia ini berfungsi layaknya seperti perekam yang merekam setiap yang dialami
dan didengarkannya. lalu dengan berjalannya waktu anak akan mengalami
pemograman pikiran terus menerus, dengan disertai intraksi dengan dunia luar
dan dala diri anak(Nurussakinah
Daulay, 2015: 213).
Dalam usia-usia
tersebut bahkan Rasulullah mengungkapkan dalam hadits
˚
ه ´ م ´ ´'›
ه t¹ p ´ tp~ 3
هi ›¹هi p˚ ه ص ' م˚ ~p ¹ ˚ :˚ ´ p˚ '
˚ p :
: همp م:¸
- › --
´ ´'› ˚ ˚ ¸ 3¸ 3م ¸ ~ 3 - همp:
Rasulullah SAW bersabda: “Perintahkan anak-anakmu melaksanakan sholat sedang mereka berusia tujuh tahun
dan pukullah mereka karena tinggal sholat
sedang mereka berusia 10 tahun dan pisahkan antara mereka di tempat tidurnya.” (H.R Abu Daud)Hadits tersebut
dapat dipahami bahwa, shalat harus diajarkan
kepada anak oleh orang tua ketika anak beranjak usia 7 tahun. Orang tua dapat
memberikan hukuman ketikaanak tidak melaksanakan shalat atau meninggalkannya menginjak usia 10 tahun.
Proses pendidikan harus diberikan pada anak agar kewajiban, nilai-nilai agamis dan intelektualnya tumbuh dan tertanam pada jiwa anak, sehingga ia akan
melaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan kesadaran sendiri
dalam melaksanakan setianibadah dan amalan- amalan
lainnya ketika anak menginjak usia dewasa.
Memberikan keteladanan dan tuntunan
dalam pendidikan merupakan hal yang berpengaruh
dan paling penting dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial bagi anak (Kamisah dan Herawati, 2019: 35).Berkaitan dengan keteladanan dan tuntunan maka telah disampaikan Allah
S.W.T. melalui firman-Nya dalam surat Al-Ahzab ayat 21:
ك´ ˚ ˚ ˚ ˚ ´:´ ´ ˝'
´ ˚
´ ´' ´ ´' t '´ ˚' ´ ´ '
ك p
p ’ ´ ´ ’ ´ p˚
¸
˚ ´ ´ ´ ~
¸
¸ 3¸ 3¸ 3i-~3مi¸ 3م¸ ppi-ح~ ´ ´ p´ م˚
´
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah (Abi Al-Fida Isma‟il ibn Katsir, 2012: 188).
Ayat
ini menunjukan pentingnya pendidikan yang ditunjukkan melalui keteladanan dan tuntunan, tidak jarang kita dapatkan kegagalan dalam pendidikan
disebabkan kurangnya ketaladanan dan
tuntunan yang ditampakkan seorang guru terhadap peserta didiknya.
Metode keteladanan dalam pendidikan
Akhlak merupakan metode yang paling baik
dan utama serta lebih efektif dan efisien dalam membentuk akhlak seorang anak. Kedudukan seorang pendidik atau guru
sebagai teladan yang baik bagi anak didiknya
hal ini akan ditiru dalam setiap ucapan dan prilaku. Keteladanan menjadi faktor menentukan baik buruknya akhlak
anak (Ali Mustofa, 2019: 26). Rahendra Maya
mengungkapkan terkait ayat di atas, Allah menjadikan Rasulullah S.A.W. sebagai
pribadi yang paripurna
dalam mengaplikasikan juga mengontektualisasikan
metode Islami, berupa keteladanan yang abadi sepanjang masa kehidupan manusia
(Rahendra Maya, 2017: 12). Dimana beraga pribadi yang terhimpun pada beliau S.A.W.
Pendidikan yang menggunakan metode
keteladanan dan tuntunan merupakan langkah
terbaik yang sangat berpengaruh terhadap akhlak anak. Bahkan demikian praktis dan efektifnya metode pendidikan
teladan ini bila di bandingkan dengan berbagai
metode pendidikan lainnya. Metodologi pendidikan yang berpengaruh terhadap aspek kehidupan itu belumlah
sesuatu metode yang bener-benar telah teruji,
tetapi metode pendidikan dengan keteladanan
itu justru telah teruji dan telah diterapkan Allah kepada Rasul-Nya, Muhammad SAW. Agar menjadi teladan
bagi umatnya.
Seorang pendidik harus menyadari
bahwa tugas mendidik
itu merupakan tugas dan amal yang baik lagi mulia.
Seorang pendidik yang menjadikan dirinya sebagai
teladan seyogyanya berusaha berjuang mendidik anak dengan cara yang sistematis dan efektif. Keteladanan merupakan salah satu perilaku seorang
pendidik yang sangat berpengaruh terhadap
keberlangsungan pendidikan di lingkungannya. Sehingga
keteladanan itu sendiri
dapat dijadikan sebagai
salah satu metode mendidik anak.
Keteladanan adalah faktor yang mutlak
sehingga perlu dimiliki setiap orang terlebih seorang
pendidik dalam pendidikan. Bahkan keteladanan bisa diklasifikaasikan
sebagai sarana paling memungkinkan dan efektif, metode yang paling mendekati keberhasilan, dan metode yang paling cemerlang menghantarkan kepada kesuksesan (Rahendra Maya, 2016: 1181).
Rahendra (2016) juga mengungkapkan, bahawa hakekat keteladanan bisa berupa pengikutan,
meniru, mencotohkan, dan berbuat dan berperilaku layaknya seperti
orang yang diikuti
dan diqudwahi (Rahendra Maya, 2016: 1182).
Cinta dalam bahasa arab dengan kata
mahabbah dan sering kita dengar panggilan
dengan kata habib yang ditujukan kepada orang yang dianggap atau menganggap sebagai keturunan Rasulullah S.A.W. ´
´'› ´ ˚ ˚ ´ ´ ˚ ˚ ¸'' ´ ˚ t'
' ˚ ´¹: ´ ´ ˚ ´ ´ ˚ ´ ´ ' '¹ث ´ p˚ ه
´: ˚ ´¹ه ´
~p
3 همi¸ هi¸ م
´ ›˚ ي p
p¸ pi p p 3 ¸ ¸ ¸ 3¸ iم
' ' ˚' ˚ ˚ ´ ´
˚ ´
´ ˚ ه
: ˚
´ ˚ ˚
› ˚ p˚ ´ ¸' ! : ˚ ´
i ˚ ´'
¸ s
ه ه
t ’ 33¸ مi-ii-ip ¸ ¸ ¸ ¸ 3
Tiga perkara yang apabila ada pada
diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya
iman: Dijadikannya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia
tidak mencintainya kecuali karena Allah.
Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka (H.R. Al-Bukhari no. 16).
Seorang pendidik ketika mendidik
hendaklah dia memberikan rasa cinta dan
kasih sayang terhada anak didiknya, Dengan demikian anak diharapkan dapat mengetahui dan merasakan bahwa mereka dicintai
tanpa ada rasa benci dan dengki terhadap
terhadap dirinya sebagai
anak didik. Jika sejak dini mereka dididik
dengan cinta,kasih dan sayang kelak mereka akan tumbuh dan berkembang menjadi
generasi yang mandiri, kreatif, dan penuh percaya diri.
Allah menuntun
kita babaimana menyikapi apa yang kita hadapi ketika
mendidik
¹م ˚ ˚
p ¹
˚
´¹ ˚ ´ ´ ˚ ´ ˚ ´ ˚ ˚ ´ ˝
´:- ˚ ´ ¸ ´ ˚
´ t˚
ي '3´ ’ ´ t ´ t
˚ ´
p´ p
˚
ت: - ت : :¸ ه:¸
' ’ ´ ˚ ˚ ´ ˚ t
´ ¸
مممpم„ :¸ ¹ ´ ˚
!¹i´ ˚ ˚ ´! ´
ت ´ ´ -˚ -´ ˚ ´ ك´ ´
´'p'˚
:م
¸
´¹~˚ -ه˚
´ p˚
p -i¸ : ´ s
مpمpم
3¸م3
¸ ¸ ¸ ¸ 3
828 metode
rasulullah dalam mendidik anak...
Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya (Q.S. Ali Imran: 159).
Ariyati mengungkapkan meskipun ayat ini ditujukan
kepada Nabi Muhammad S.A.W. dalam membina umat-Nya,
tapi pembinaan tersebut bersifat universal yang mana ayat tersebut juga berlaku bagi
orang tau atau pendidik dalam mendidik
anak anak-nya. Jika mereka ingin anak-anak
dekat dan mematuhi, semestinya menempuh mendidik
dengan lembut tidak keras dan kasar (Irawati Istadi, 2014: 22).
Mendidik anak dengan cinta juga dapat
dilakukan dalam bentuk memberi teguran
kepada anak, teguran berarti mengingatkan anak untuk tidak atau untuk melakukan yang sewajarnya seperti yang
dicontohkan Rasulullah dalam hadits yang
terkait dalam pembahasan ini, dimana beliau S.A.W. ketika melihat anak yang ketika sedang makan bersama beliau
(Abdullah ibn Abi Salamah) sesaat menegur
dan mengajarkan sekaligus memperaktekkan bagaimana dan apa yang harus dilakukan berupa membaca do‟a kemudian tidak menjulurkan tangan kesana kemari ketika makan.
Dari deskripsi dan penjelasan yang telah dikemukakan di atas dapat diambil kesimpulandi antaranya:
1.
Bahwa metode Rasulullah dalammendidik
anak ada beberapa hal yang terkandung dalam
hadits; memberikan keteladanan, mendidik dengan penuh rasa cinta dan
kasihsayang, mendidik dengan memberikan teguran dan bimbingan.
2.
Hadits di atas memberikan
pengajaran bahwa mendidik tidak dibatasi dengan waktu, tempat, dan kondisi tapi juga dapat dilakukan kapan saja dan
dimana saja, bahkan dalam situasi makan pun Rasulullah tetap memberikan
pengajaran
3.
Dalam mendidik anak seorang
pendidik hendaklah memberikan dan memiliki kepribadian dan perangai yang baik
sehingga dapat dan mudah diikuti dan diteladani oleh anak didik.
Kamisah dan Herawati. (2019).
Mendidik Anak Ala Rasulullah (Propethic Parenting).
Journal of Education Science
(JES), 5(1): 34.
Rahendra Maya. (2013).
Menuju Pendidikan Islam Berbasis Al-Ittibā‟. Edukasi Islami: Jurnal
Pendidikan Islam, 02(04).
Muhammad Ibn Shalih Al-Utsaimin. (2014/1435H). Syarah Riadu Ash-Shalihin min Kalami Syyidi
Al-Mursalin. Al-Azhar: Darul
Alimiyah li An-Nasyr
wa At-Tauzi‟.
Nurussakinah Daulay. (2015). Pendidikan Karakter
Pada Anak Dalam Pendekatan Islam Dan Psikologi. Miqot: Jurnal Ilmu-ilmu
Keislaman, 39(1).
Abi Al-Fida Isma‟il
ibn Katsir. (2012).
Tafsir Al-Qur‟an Al-Azhim.
Al-Qahirah Mesir: Maktabah At-Taufiqiyah.
Ali Mustofa.
(2019).
METODE
KETELADANAN PERSPEKTIF
PENDIDIKAN
ISLAM. CENDEKIA:
Jurnal Studi Keislaman, 5(1).
Taufik Mukmin. (2018). PENDEKATAN DALAM MENGAJAR PERSPEKTIF
SYAIFUL BAHRI DJAMARAH
DAN ABUDDIN NATA (Studi Komparatif Deskriftif). el Ghiroh, XIV(01).
Irawati Istadi. (2014).
Mendidik Anak dengan
Cinta Tumbuh Kembang
Anak. Jakarta: Cakrawala Publishing.
Rahendra Maya. (2017).
Pemikiran Pendidikan Muham1`wamad Quthb Tentang Metode
Keteladanan (Al-Tarbiyah bi Al-Quwah). Edukasi
Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 6(11).
Uanang Wahidin dan Ahmad Syaefuddin. (2018). Media Pendidikan dalam Perspektif Pendidikan Islam. Edukasi Islami:
Jurnal Pendidikan Islam, 07(01).
830 metode rasulullah dalam mendidik anak…
sumber pdf https://drive.google.com/file/d/154zhq1-FqH8sqsY5O5fZoCmgt-z5JB3b/view?usp=drivesdk
Tulis Komentar